Jumat, 26 Desember 2014

Negeri Seribu Goa di Ngalau Seribu

Perjalanan saya kali ini berawal dari ajakan salah seorang teman. Lebih tepatnya senior kampus. Ketika itu senior ini sedang memandu hiking salah satu kelompok kepanduan. Jadi ceritanya saya nebeng dalam kegiatan mereka. Hehe
Titik awal berkumpul kita di sekretariat kepanduan tersebut yang berlokasi di Jalan Sudirman Payakumbuh. Sesuai informasi semua peserta berkumpul jam 07.00 WIB. Dari sini kita berangkat menuju pesanggrahan ngalau seribu yang ditempuh selama kurang lebih 30 menit perjalanan.
Setelah semua peserta berkumpul sekitar jam 08.30 kita melanjutkan perjalanan ke pesanggrahan dengan bermotor secara berombongan dengan pertimbangan jalan yang sempit dan kondisi jalan ke lokasi yang tak mulus.
Tujuan kita pertama setelah tiba di pesanggrahan adalah ke rumah Datuk Suar. Tokoh masyarakat di desa harau sekaligus relawan yang mendedikasikan hidupnya menjaga objek wisata ngalau seribu. Disini kita menemui beliau menyampaikan maksud kegiatan kami selama disana. Uniknya, walaupun sudah puluhan tahun mengelola objek wisata ini tidak sepersen bayaran yang diminta beliau ke pengunjung yang datang ke sana.
Dari dokumentasi yang tersimpan di kediaman beliau tergambar jelas bahwa pengunjung ke ngalau seribu tidak hanya pengunjung lokal sekitaran Payakumbuh atau Sumbar. Beberapa foto yang saya lihat turis asing sudah mendahului penjelajahan ke sana. Bahkan salah satu televisi nasional pun pernah membuat liputan khusus tentang ngalau seribu di salah satu program petualangannya.
Semakin penasaran dengan objek wisata ini, dengan semangat ingin tau yang menggebu-gebu perjalanan saya lanjutkan. Tentunya masih bersama rombongan kepanduan tadi. Hehe
Rute pertama yg kami tempuh yaitu jalan setapak yg lumayan menanjak. Dari kediaman Datuk Suar kami menuju panorama. Perjalanan ditempuh lebih kurang 1 jam jalan kaki. Di panorama ini kami menikmati pemandangan tebing harau yang eksotis dan hamparan persawahan yang bentuknya menyerupai susunan puzzle. Sungguh pemandangan yg menakjubkan. Sesekali terdengar raungan motor trail di sudut perbukitan karena di lokasi ini biasanya juga digunakan oleh para bikers untuk track.
Setelah beristirahat sejenak kami melangkahkan kaki ke lokasi utama. Ngalau seribu. Ngalau dalam bahasa minang atau goa istilah umum yg kita kenal dalam tata bahasa Indonesia yang baku dan benar :p
Disebut ngalau seribu karena jumlah ngalau atau goa disini sangat banyak dan berangkaian satu dengan lainnya. Kami menyusuri satu rute. Disepanjang perjalanan dijumpai batuan menggantung, batu batuaan besar dan uniknya di salah spot kami dapati batuan yang menyerupai badak. Masyarakat disini menyebutnya batu badak. Bentuknya persis mirip badak yg sedang tidur dengan kuping yg mencari khas batu badak tersebut.
Spot menarik lainnya adalah melewati celah sempit selebar badan orang dewasa yang hanya bisa dilalui dengan merayap.
Ujung dari jalur ini bertemu dengan perkebunan masyarakat. Melalui jalur ini mata kami dimanjakan dengan hamparan dedaunan gambir yang terbentang luas.
Setelah itu jalanan setapak kami turuni untuk menuju spot air terjun yang berlokasi tepat dibawah ngalau seribu.
Disini ujung dari rute yang kami lalui dari perjalanan ke ngalau seribu.

Tidak ada komentar: